Belajar Jujur
Sebagai seseorang yang mempunyai mimpi, pagi selalu
menjadi awal untuk langkah yang akan dimulai. Pagi juga seperti alarm yang
membangunkan semangat dalam diri. Tetapi tak jarang juga malah membuat diri
tertidur jauh lebih dalam lagi.
Mimpi juga bisa ajarkan bagaimana macam-macam emosi,
perasaan bahagia karena dapat meraihnya atau perasaan kecewa dan sedih karena
ternyata kita tidak dapat menggapainya. Tidak apa-apa, semua yang terjadi
ajarkan kita tentang makna hidup yang sebenarnya. Jangan hanya melulu inginkan
bahagia. Karena kalau dilihat lagi banyak orang terlihat ber-haha hihi di luar
tapi ber-huhu huhu di dalam. Emosi dan perasaan ini tergantung bagaimana kita
sebagai pemilik rasa untuk mengelolanya.
Bicara soal mengelola perasaan dan emosi, sepertinya
akan menjadi topik yang menarik tapi juga panjang. Karena apa-apa yang ada di
dalam diri terkadang sulit untuk diutarakan, apalagi untuk dikelola. Jujur
kepada diri sendiri ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan.
Ya, sesimpel mengakui kalau diri sedang tidak
baik-baik saja. Sesimpel mengatakan kalau diri sedang butuh pertolongan. Kita
tidak akan menjadi orang lemah hanya karena kita jujur kalau kita sedang terluka.
Bagaimana kita bisa membantu orang lain kalau
menolong diri sendiri saja tidak bisa ? Tapi kebanyakan orang seringnya tidak
sadar akan hal itu. Berusaha terlihat kuat dan berusaha untuk selalu terlihat
bahagia justru akhirnya malah menyakiti diri sendiri.
Kita memang dilarang untuk terus bersedih, tapi kita
tidak dilarang untuk merasakannya kan ? Ya, lagi-lagi ini soal bagaimana kita
mengelola perasaan yang kita rasakan. Kesedihan, kekecewaan, merasa tidak
berguna tunjukkan kita bahwa kita juga manusia biasa. Bahwa kita juga masih
bisa keluarkan air mata.
Kamu tahu roller
coaster kan ? Turunan dan tanjakkan itu justru yang membuatnya menjadi
jalur yang mengasyikkan walaupun melelahkan. Itu yang justru disukai
orang-orang. Ingat, bahagia bukan berarti harus sama dengan orang lain atau
bahkan harus menjadi orang lain. Tidak sama sekali. Kebahagiaan ada di dalam
hati, ada di dalam pikiranmu sendiri.
Jika kamu sampai sekarang masih merasa tidak ada
yang menyayangi dan tidak ada yang peduli. Mungkin yang kamu butuhkan adalah
menyayangi dan peduli. Terhadap siapa ? Terhadap dirimu sendiri. Orang yang
paling berhak menerimanya.
Terakhir, kita tidak bisa memilih ataupun menolak
apa-apa yang terjadi pada kita. Tapi kita masih punya pilihan bagaimana untuk
melewatinya. Ingin terus bersembunyi dalam tawa yang justru terus menggerogoti
atau belajar menerima bahwa itulah jalan hidup yang harus dilalui. Belajar
jujur terhadap diri sendiri bisa menjadi cara untuk diri belajar tumbuh.
Mengikhlaskan dan melepaskan semua dengan do’a, mendo’akan diri sendiri untuk
bisa melangkah maju.
π€
BalasHapusπΈπΈπΈ
Hapus