ESOK HARI
Perpisahan
kita waktu itu memang tidak sesedih apa yang kebanyakan orang pikirkan. Berada
jauh darimu bukan suatu hal yang aku takutkan pada waktu itu. Karena aku tahu,
kita punya mimpi masing-masing yang harus dikejar, dan mendengarmu baik-baik
saja itu sudah cukup membuatku ikut tenang.
Kamu tahu, semesta memang
sepertinya tidak mengijinkanku untuk bersamamu. Karena setahun setelah
perpisahan itu, aku dengar kamu pindah ke kota yang baru.
Kamu
tahu, bukan aku saja yang kehilanganmu bahkan kota inipun ikut bersedih pada
waktu itu. Tapi lagi-lagi, mendengarmu ternyata baik-baik saja bahkan dapat
tersenyum lebih lebar aku jadi tidak khawatir.
Walau perasaan kehilanganmu
belum juga mau berakhir. Tidak ada do’a untuk diriku sendiri pada waktu itu.
Karena kebahagiaanmu lebih penting dari bahagiaku. Ya, aku pernah sebuta itu
padamu.
Air
mataku menetes waktu aku dengar sudah ada orang yang akan menjagamu dan juga
merawatmu di sana.
Terimakasih sudah bersedia mendengarkan segala ceritaku. Aku sangat bahagia hari ini karena semesta ternyata mengerti perasaanku dan bersedia membantuku. Kamu baik-baik ya di sana. Kapan-kapan kita ketemu, ok.
Pesan singkat darimu itu membuatku bahagia sampai meneteskan air mata kembali. Ternyata semesta tidak membantuku karena dia sedang membantu perasaanmu.
Waktu berlalu, kamu semakin jauh dari kota ini. Bahkan kamu juga sudah menemukan orang pengganti. Tak apa, aku dan kota ini masih setia menunggu kepulanganmu. Kalau bukan hari ini mungkin esok hari.
Karena perihal menunggu bukan siapa yang paling lama, tapi siapa yang paling siap menerima jika nanti kita bukan lagi akhir yang dituju dari sebuah pencarian seseorang.
Komentar
Posting Komentar